ah..
siapa sih wanita itu. bikin gak tahan lihatnya. apa lagi dzikir yah di sana.
wong tadi saya liagt habs solat..
kok lama banget,,
tak clingk-clinguk kawit mau gak lungo-lungo..a
ben lah..
paling sapa. eh,, taktulis malah tak clingak gak ono,,
welwh-welwh..sayang..
anake sapa yah ayu tenan he,,,
beginilah naluri ku!
naluri seorang leleki yang kayaknya bisa di bilang ngumbar nafsu deh,,
tapi entah seh,,
setiap kali saya melihat wanita yang cantik, raph, terlhat solehah, kalem, cerdas kok lkayak jadi pengn ngebet nikah yah,,
kapan seh aku bisa ngambil keputusan menikah..
Astagfirulloh..
wong kuliah ajha juga belu becus_tugas amburadul..
iyayah..!
hedew...!
Rabu, 14 Januari 2015
Fobia ulat _ujian terakhir
Ujian terakhir..
uh,,,
presentasi studi kasus fobia.
tau gakl sih kalian itu fobia.? Fobia asalah rasa taku terhadap sesuatu secara berlebihan. seperti takut ulat, takut darah, takut ketinggian, takut cewek ada juga loh...haha
nanti saya mau presentasi tentang phobia ulat. si Subjek itu sangat takut terhadap ulat. setiap kali ia selalu berhalusinasi dengan yang namanya ulat.
yang begitulah gangguan jiwa. gak masuk akal. asalkan jangan anunya sendiri di anggap ulat.
heheh lucu.. begitu pertanyaan yang di lontarkan temen saya pas saya lagi belajar presentas tentang fobia ulat.
ini dia hasil observasi gue:
di betulin yah kalo salah.
3.
Merasa keluar dari Kontrol ,Mungkin salah satu
komponen emosi terburuk dari fobia adalah keluar dari perasaan kontrol. Anda mungkin memahami bahwa Anda fobia adalah
irasional, tetapi tidak peduli seberapa keras Anda mencoba Anda tidak bisa
mendapatkannya di bawah kontrol. Anda bertanya-tanya apa akan seperti
untuk hanya menjalani hidup Anda tanpa khawatir bahwa Anda mungkin datang ke
dalam kontak dengan yang Anda takut.
4.
Helplessness Tak berdaya, Berdaya mungkin muncul ketika Anda
menyadari bahwa Anda fobia berada di luar kendali. Anda mungkin merasa bahwa tidak ada
yang dapat Anda lakukan untuk menyembuhkan. Anda mungkin berasumsi bahwa Anda
akan selalu memiliki fobia Anda. Anda
mungkin ingin segala sesuatunya berbeda, tetapi merasa bahwa mereka tidak akan
pernah. Jika fobia Anda menyebabkan salah satu pikiran atau perasaan, adalah
penting untuk mencari pengobatan . Seperti gangguan mental, mudah untuk fobia
memiliki dampak jauh melampaui gejala dasar. Mengobati fobia akhirnya akan
membantu untuk mengurangi perasaan negatif malu dan tidak berdaya. Sementara
Anda dalam perawatan, Anda mungkin menemukan bahwa beberapa perasaan negatif
tetap. Beritahu profesional kesehatan mental
Anda. Terapi lebih lanjut, mungkin dari psikodinamik sudut pandang, dapat membantu Anda untuk
memilah-milah perasaan dan kekhawatiran Anda.. Sementara Anda menjalani pengobatan,
Anda mungkin menemukan bahwa self-help metode dan teknik relaksasi dapat membantu mengurangi gejala.
uh,,,
presentasi studi kasus fobia.
tau gakl sih kalian itu fobia.? Fobia asalah rasa taku terhadap sesuatu secara berlebihan. seperti takut ulat, takut darah, takut ketinggian, takut cewek ada juga loh...haha
nanti saya mau presentasi tentang phobia ulat. si Subjek itu sangat takut terhadap ulat. setiap kali ia selalu berhalusinasi dengan yang namanya ulat.
yang begitulah gangguan jiwa. gak masuk akal. asalkan jangan anunya sendiri di anggap ulat.
heheh lucu.. begitu pertanyaan yang di lontarkan temen saya pas saya lagi belajar presentas tentang fobia ulat.
ini dia hasil observasi gue:
di betulin yah kalo salah.
LAPORAN STUDI KASUS
I.
IDENTITAS
A.
Identitas subjek
Nama : Az
Jens kelamin :
laki-laki
Umur : 17
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
Pelajar
Status :
Belum Kawin
Anak ke : 4
Alamat :
Banyumas
B.
Identitas orang tua
Nama ayah : Ch
Usia : 49
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Tani
Keadaan : Normal
Alamat : Banyumas
Nama ibu : Pt
Usia : 40
Pendidikan : SD
Agama : ISlam
Pekerjaan : IRT
Keadaan : Normal
Alamat :
Banyumas
C.
Alloanomnesa di dapat dari:
1.
Nama : Ys
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Belum
kawin
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMA
Usia : 17
Hub. dg sub : Teman Satu
kelas
2.
Nama : Mh
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Santri
Pekerjaan : Santri
Pendidikan : SMA
Usia : 22
Hub. dg sub : Teman satu
kamar di pesantren sekaligus tetangga subjek
II.
PERMASALAHAN
Permasalahan yang dialami subjek adalah fobia. Subjek pada ulat secara yang sangat berlebihan. Subjek
merasa cemas yang berlebihan ketika ia melihat ulat walaupun jelas-jelas
sudah jauh dan sudah di bunuh. Seolah-olah subjek di hinggapi oleh ulat terus
menerus. Subjek sering salah presespsi terhadap satu benda yang mirip dengan
lat. Ia menganggap benda yang mirip ulat itu sebagai ulat yang sngguhan. Ia
sering tidak mau melakkan sesuatu di sebuah tempat yang di anggapnya ada
ulatnya.
III.
DASAR TEORI
A.
Definisi Fobia
Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan
terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak
beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan. Istilah “phobia” berasal dari kata
“phobi” yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional;
yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang
ditandai oleh ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek
atau situasi tertentu.
Menurut Jaspers (1923), fobia adalah
rasa takut yang sangat dan tidak dapat diatasi terhadap suatu keadaan dan tugas
yang biasa. Kemudian Ross (1937) menyebutkan bahwa fobia adalah rasa takut yang
khas yang disadari oleh penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk akal,
tetapi tidak dapat mengatasinya. Sementara Errera (1962) mengungkapkan bahwa
fobia adalah rasa takut yang selalu ada terhadap suatu benda atau pendapat yang
dalam keadaan biasa tidak menimbulkan rasa takut. Dalam Wikipedia disebutkan,
fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena.
Dengan begitu banyak pendapat tentang
fobia, dapat disimpulkan bahwa fobia adalah suatu bentuk rasa takut yang :
1. Tidak
sesuai dengan keadaan lingkungan.
2. Tidak dapat
diterangkan atau dihilangkan dengan penjelasan.
3. Tidak
dapat diatasi denga kemauan.
4. Menyebabkan
orang mengelak daripadanya.
B.
Macam-macam fobia
C.
Factor Penyebab Fobia
Phobia
dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena
pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai
perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah
sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu
kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Perlu
kita ketahui bahwa phobia sering disebabkan oleh faktor keturunan, lingkungan
dan budaya. Perubahan-perubahan yang terjadi diberbagai bidang sering tidak
seiring dengan laju perubahan yang terjadi di masyarakat, seperti dinamika dan mobilisasi
sosial yang sangat cepat naiknya, antara lain pengaruh pembangunan dalam segala
bidang dan pengaruh modernisasi, globalisasi, serta kemajuan dalam era
informasi. Dalam kenyataannya perubahan-perubahan yang terjadi ini masih
terlalu sedikit menjamah anak-anak sampai remaja. Seharusnya kualitas perubahan
anak-anak melalui proses bertumbuh dan berkembangnya harus diperhatikan sejak
dini khususnya ketika masih dalam periode pembentukan (formative period) tipe
kepribadian dasar (basic personality type). Ini untuk memperoleh generasi
penerus yang berkualitas.
Berbagai
ciri kepribadian/karakterologis perlu mendapat perhatian khusus bagaimana
lingkungan hidup memungkinkan terjadinya proses pertumbuhan yang baik dan
bagaimana lingkungan hidup dengan sumber rangsangannya memberikan yang terbaik
bagi perkembangan anak, khususnya dalam keluarga.
Berbagai
hal yang berhubungan dengan tugas, kewajiban, peranan orang tua, meliputi tokoh
ibu dan ayah terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, masih sering kabur,
samar-samar. Sampai saat ini masih belum jelas mengenai ciri khusus pola asuh
(rearing practice) yang ideal bagi anak. Seperti umur berapa seorang anak
sebaiknya mulai diajarkan membaca, menulis, sesuai dengan kematangan secara
umum dan tidak memaksakan. Tujuan mendidik, menumbuhkan dan memperkembangkan
anak adalah agar ketika dewasa dapat menunjukan adanya gambaran dan kualitas
kepribadian yang matang (mature, wel-integrated) dan produktif baik bagi
dirinya, keluarga maupun seluruh masyarakat. Peranan dan tanggung jawab orang
tua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah teramat penting.
Fobia merupakan rasa takut yang
berlebihan. Rasa takut secara umum dapat timbul sebagai interaksi dari 3 faktor
berikut ini:
a. Secara
biologik ditentukan sejak lahir.
b. Bergantung
pada proses maturasi.
c. Rasa
takut yang berasal dari pembelajaran pengamalan seseorang dan sosial.
Secara spesifik, rasa takut dapat
disebabkan antara lain:
a. Pengaruh
filogenetik
b. Pengaruh
keturunan
c. Kepribadian
d. Pengaruh
budaya dan daerah
e. Pengaruh
faal (fungsi) tubuh
f. Faktor biokimia
g. Trauma
dan tekanan
h. Teladan
orang lain dalam http://rimuu.wordpress.com/2010/04/26/fobia/
D.
Dampak Fobia
Adpun dampak fobia
adalah sebagai berikut:
1.
Membatasi hidup :Salah satu kriteria utama untuk mendiagnosis fobia adalah bahwa hal itu membatasi hidup di alam. Tergantung pada apa
fobia Anda, Anda mungkin menemukan itu sebuah perjuangan nyata untuk
menjalankan tugas, pergi keluar dengan teman-teman atau bahkan membuatnya
bekerja setiap hari. Keterbatasan ini dapat membuat Anda merasa terisolasi.. Anda
mungkin bertanya-tanya mengapa Anda tidak seperti orang lain. Anda
mungkin memiliki kesulitan menjaga teman-teman. Anda mungkin menjadi tertutup
dan tertekan.
2.
Memalukan Fobia dapat menyebabkan situasi yang canggung dan memalukan.
Bagaimana Anda menjelaskan kepada teman terbaik Anda bahwa Anda tidak pernah
dapat mengunjungi rumahnya karena dia memiliki anjing? Bagaimana Anda menolak
perjalanan ke Bahama dengan cinta baru karena Anda tidak bisa membawa diri
untuk naik pesawat? Fobia sosial dapat sangat sulit untuk.mengelola, karena ketakutan yang
mendasari adalah penghinaan. Memiliki reaksi fobia dapat merasakan memalukan, memperkuat rasa takut dan membuat fobia
lebih sulit untuk mengelola.
3.
Merasa keluar dari Kontrol ,Mungkin salah satu
komponen emosi terburuk dari fobia adalah keluar dari perasaan kontrol. Anda mungkin memahami bahwa Anda fobia adalah
irasional, tetapi tidak peduli seberapa keras Anda mencoba Anda tidak bisa
mendapatkannya di bawah kontrol. Anda bertanya-tanya apa akan seperti
untuk hanya menjalani hidup Anda tanpa khawatir bahwa Anda mungkin datang ke
dalam kontak dengan yang Anda takut.
4.
Helplessness Tak berdaya, Berdaya mungkin muncul ketika Anda
menyadari bahwa Anda fobia berada di luar kendali. Anda mungkin merasa bahwa tidak ada
yang dapat Anda lakukan untuk menyembuhkan. Anda mungkin berasumsi bahwa Anda
akan selalu memiliki fobia Anda. Anda
mungkin ingin segala sesuatunya berbeda, tetapi merasa bahwa mereka tidak akan
pernah. Jika fobia Anda menyebabkan salah satu pikiran atau perasaan, adalah
penting untuk mencari pengobatan . Seperti gangguan mental, mudah untuk fobia
memiliki dampak jauh melampaui gejala dasar. Mengobati fobia akhirnya akan
membantu untuk mengurangi perasaan negatif malu dan tidak berdaya. Sementara
Anda dalam perawatan, Anda mungkin menemukan bahwa beberapa perasaan negatif
tetap. Beritahu profesional kesehatan mental
Anda. Terapi lebih lanjut, mungkin dari psikodinamik sudut pandang, dapat membantu Anda untuk
memilah-milah perasaan dan kekhawatiran Anda.. Sementara Anda menjalani pengobatan,
Anda mungkin menemukan bahwa self-help metode dan teknik relaksasi dapat membantu mengurangi gejala.
IV.
TUJUAN
A.
Mengetahui permasalahan yang di alami subjek
B.
Faktor penyebab fobia yang di alami subjek
C.
Dampak fobia pada subjek
V.
PROSES PENGUMPULAN DATA
Proses pengumpulan data dalam hal kasus ini menggunakan observasi dan
wawancara serta pemberian tes-tes psikologi pada subjek. Pengumpulan data juga
di peroleh dengan wawancara bersama ayah subjek, ibu subjek, saudara atau teman
subjek.
A.
Panduan pengumpulan data
No
|
Aspek dan pertanyaan penelitian
|
Observasi, wawancara dan tes psikologi
|
Latar belakang riwayat subjek
|
||
1
|
Bagaimana dulu ibu subjek mengandung subjek?
|
Wawancara dengan ibu subjek
|
2
|
Bagaimana masa kecil subjek?
|
Wawancara dengan ibu subjek
Wawancara dengan bapak subjek
|
3
|
Bagaimana linggkungan subjek?
|
Wawancara dengan subjek
Wawancara dengan teman subjek
Wawancara dengan ibu subjek
Wawancara dengan bapak subjek
|
4
|
Kejadian apa yang tak terlupakan oleh subjek dan masih teringat sampai
sekarang?
|
Wawancara dengan subjek
|
Gejala
|
||
1
|
Sejak kapan subjek merasakan gejala
fobia ulat ?
|
Observasi subjek dan tes psikologi
|
2
|
Bagaimana sikap subjek terhadap lingkungan sekitar?
|
Wawancara dengan subjek
Wawancara dengan teman subjek
Wawancara dengan ibu subjek
Wawancara dengan ayah subjek
Observasi prilaku subjek
|
3
|
Apa yang subjek lakukan ketika ia melihat ulat atau benda-benda yang
menyerupai ulat?
|
Wawancara dengan subjek
Wawancara dengan teman subjek
|
4
|
Bagaimana kehidupan sehari-hari subjek dan apa yang di lakukannya
selain sekolah?
|
Wawancara dengan teman subjek
Observasi
|
5
|
Bagaimana emosi subjek?
|
Observasi dengan subjek
Wawancara dengan subjek
Wawancara dengan orang tua subjek
|
6
|
Apa yang menyebabkan subjek mengalami fobia?
|
Wawancara dengan subjek
Wawancara dengan orang tua subjek
|
7
|
Apa dampak yang di alami subjek karena fobia yang di alami?
|
Wawancara dengan subjek
Wawancara dengan orang tua subjek
|
Perlakuan lingkungan
|
||
1
|
Bagaimana hubungan subjek dengan bapaknya?
|
Tes npsikologi
Wawancara dengan subjek
Wawancara dengan ibu subjek
Wawancara dengan ayah subjek
|
2
|
Bagaimana ibu subjek selama ini merawat subjek?
|
Wawancara dengan subjek
Wawancara dengan bapak subjek
Wawancara dengan ibu subjek
|
3
|
Bagaimana sikap-sikap tetangga terhadap subjek?
|
|
4
|
Apakah ia sering bermain bersama temanya hingga larut malam tidak
pulang?
|
Wawancara dengan tetangga/teman subjek
|
5
|
Apa yang di lakuakan ibu ketika subjek melakukan kesalahan?
|
Wawancara dengan subjek
Wawancara dengan ibu subjek
|
6
|
Apakah subjek sering melakukan pelanggaran di sekolahnya sehingga di
hukum?
|
Wawancara dengan teman sekelas subjek
|
B.
Proses pengumpulan data
No
|
Tanggal/jam
|
Kegiatan pengumpulan data
|
Strategi
|
01
|
21/12/2014
|
Wawancara dengan subjek, observasi partisipan dan non partisipan.
|
Interraksi secara langsung dengan subjek
|
02
|
22/12/2014
|
Wawancara dengan teman subjek
|
Wawancara tidak terstruktur
|
03
|
23/12/2014
|
Wawancara orang tua subjek
|
Tes psikologi
|
04
|
24/12/201423
|
Tes psikologi
|
Observasi partisipan
|
05
|
25/12/2014
|
Interpretasi tes psikologi
|
Wawancara tidak terstruktur
|
06
|
26/12/2014
|
Wawancara teman subjek
|
Wawancara tidak terstruktur
|
C.
Tes yang di berikan pada subjek
A.
Tes kreplin
B.
Tes Baum
C.
IST
D.
TES WARTEGG
VI.
HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Koding
No
|
Tema Umum
|
Kode
Subjek/Baris
|
Verbatim
|
A
|
Sebab
|
|
|
|
Keturunan
|
S3-W1: 11-12
|
Wong saya juga takut banget sama ulat.
|
|
|
S3-W1: 17-18
|
Oya..
katanya mbah putrid dulu juga takut banget sama ulat
|
|
Pola asuh
|
S3-W1: 34-36
|
Hampir
setiap hari ia kena marah sama ayahnya karena sikapnya yang urakan dan
ngenyel. Ia sering di pukul dan di marahi.
|
|
|
S2-W1: 26
|
Tapi memang orang tuanaya galak kok.
|
|
Pergaulan
|
S3-W1: 28-30
|
Trus bangun
trus solat asar, main sepakboala sama teman-teman di lapangan dekat rumah pak
RT.
|
|
|
|
|
B
|
Gejala
|
|
|
|
Fisik
|
|
Normal
|
|
Emosi
|
S3-W1:37-38
|
tak pernah
minta uang jajan kecuali hanya sesekali kami memberinya.
|
|
Psikomotor
|
S3-W1: 28-30
|
Trus bangun
asar, main sepakboala sama teman-teman di lapangan dekat rumah pak RT.
|
|
Kognitif
|
S2-W1: 28-32
|
Sebenarnya
dia cerdas. Dia sangat aktif menjawab di kelas. Mungkin karena seringnya dia
kena kasus dan mendapat hukuman di sekolah, semakain lama semakin minder dan
malas
|
|
Spiritalitas
|
S3-W1 : 28-29
|
Trus bangun, solat asar
|
|
Sosial
|
S2-W1 : 23-25
|
Orangnya rendah diri, sederhana dan jujur.
Sebenarnya ia juga sangat sopan
|
C
|
Dampak
|
|
|
|
Fisik
|
S3-W1 : 29
|
Makanya jadi kurus kaya gitu.
|
|
Emosi
|
S3-W1 : 24-25
|
Cuman kalo pulang sekolah kaya cemberut terus
|
|
Psikologis
|
S1-W1 : 13-17
|
Saya sering
kali terbayang tentang ulat ketika melihat sesuatu yang mirip dengan ulat.
Bahkan sering kali saya merasa ada ulat yang menghinggapi baju saya, maka
saya sering melihat belakang baju saya dan menanyakan pada teman saya
ada apa di punggung saya.
|
1.
Sebab
a.
Masa lalu subjek
Subjek adalah anak
yang sering menyendiri sejak masa kecilnya. Subjek suka bermain-main di
perkebunan bersama teman-temannya. Pendidikan yang di tempuh subjek adalah di sekolahan
baru dan berada di lingkungan terpencil.
Waktu kecil ketika
sedang memanjat pohon subjek pernah di hinggapi ulat yang sangat besar dari
pekarangan hingga sampai rumahnya. Ketika dalam perjalanan ia sudah merasa ada
sesuatu yang aneh di bajunya tetapi baru di ketahui ketika sampai di rumah,
itupun ibunya yang memberi tahu.
b.
Perlakuan lingkungan
Subjek sejak kecil
termasuk anak yang tidak peduli pemalas dan sering tidak mengerjakan pekerjaan
rumahnya sehingga ia sering terkena hukuman oleh gurunya. Karena ia sering
bermain-main tanpa pandang waktu hingga sering pulang sore sampai hampir
maghrib sehingga subjek sering di marahi sama kedua orang tuanya.
c.
Pola asuh
Dalam mendidik
subjek, orang tua subjek berlaku keras dan sering menggunakan kekerasan dalam
mendidik subjek. Orang tua subjek kurang memberikan kasih sayang dan tak acuh
terhadapsubjek.
2.
Dampak permasalahan pada perkembangan subjek
a.
Psikologis
Karena pengalaman
yang tidak bisa di lupakan oleh subjek tentang pristiwa di hinggapi ulat pada
masa kecilnya hingga saat ini subjek merasa di baying-bayangi oleh ular dan
selalu berhalusinasi tentang ulat sehingga sering menganggap sesuatu yang mirip
dengan ulat di bayangkan dengan ulat yang sesungguhnya.
b.
Akademis
Sampai sekarang
subjek masih bersikap acuh terhadap pendidikanya dan sering tidak mengerjakan
tugas dari sekolahnya. Melanjutkan ke smapun dengan cara di paksa oleh
keluarganya.
c.
Fisik
Karena nafsu makan yang rendah subjek menjadi kurus.
VII.
DINAMIKA PSIKOLOGIS
Hasil
pengumpulan data memberikan kesimpulan bahwa subjek mempunyai rasa percaya diri
yang rendah. Ada beberapa hal yang menyebabkan subjek mengalami hal ini. Yakni
rasa minder subjek saat mengenal teman baru dan memandang rendah kemampuan diri
sendiri yang tidak mampu menjalin komunikasi dengan orang-orang yang baru
karena ia merasa minder karena ia merasa berasal dari sekolah yang terpencil
dan kurang provesional. Sampai sekarang
subjek masih bersikap acuh terhadap pendidikanya dan sering tidak mengerjakan
tugas dari sekolahnya. Melanjutkan ke SMApun dengan cara di paksa oleh keluarganya.
Dari hal itu menyebabkan subjek menjadi anak yang sering menyendiri.
Karena pengalaman
yang tidak bisa di lupakan oleh subjek tentang pristiwa di hinggapi ulat pada
masa kecilnya hingga saat ini subjek merasa di baying-bayangi oleh ular dan
selalu berhalusinasi tentang ulat sehingga sering menganggap sesuatu yang mirip
dengan ulat di bayangkan dengan ulat yang sesungguhnya
subjek
|
Pola asuh yang bersifat keras
|
Sering pulang sore
|
sering di marah orang tua
|
Kurangnya
kasih sayang
|
Acuh
terhadap anak
|
Di
hinggapi ulat besar
|
Main di perkebunan
|
Pendidikan/sekolah terbelakang
|
Acuh
terhadap pendidikan
|
Sering tidak mengerjakan PR
|
di
marahi guru
|
halusinasi
|
Sering
cemas
|
malas
|
Selalu Terbayang ulat
|
fobia
|
Nafsu
makan berkurang
|
Daerah terpencil/pedesaan
|
VIII.
ANALISIS KASUS
Phobia adalah
ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau situasi-situasi
tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan.
Seperti yang di alami subjek subjek mengalami kelainan yaitu fobia. Subjek
sangat takut terhadap ulat. Ia sering merasa di bayang-bayangi oleh ulat
padahal sebenarnya tidak. Hal tersebut di karenakan karena
pengalaman-pengalamannya di masa lalu
yaitu ia pernah di hinggapi ulat. Dan hingga sampai saat ini ia masih
sering berhalusinasi tentang ulat.
Karena pengalaman yang tidak bisa di lupakan oleh subjek tentang
pristiwa di hinggapi ulat pada masa kecilnya hingga saat ini subjek merasa di
baying-bayangi oleh ular dan selalu berhalusinasi tentang ulat sehingga sering
menganggap sesuatu yang mirip dengan ulat di bayangkan dengan ulat yang
sesungguhnya
Selain pengalaman pada masa lalau yang di alami subjek hal yang
menyebabkan subjek mengalami phobia adalah karena factor keturunan. Seperti
yang di sebutkan bahwa faktor penyebab phobia adalah keturunan. Ibu dan
neneknya juga sangat takut pada ulat.
Pola asuh yang keras dan perlakuan teman atau lingkungan yang bersikap
mengucilkan membuat subjek mengalami kecemasan yang menjadi dan di proyeksikan
dengan ketakutan subjek dengan ulat. Ketakutan tersebut menjadikan subjek
berhalusinas dan takut pada ulat yang berlebihan.
IX.
KESIMPULAN
Dari hasil pengumpulan data dan analisis dapat di simpulkan bahwa subjek
mengalami gangguan fobia di karenakan pengalaman masa lalunya. Pengalaman masa
lalunya tentang ulat masih terbayang banya dalam pikiranya hingga saat ini.
X.
DAFTAR PUSTAKA
https://plus.google.com/102058943550166205389/posts/SmiPnsVyrgh
25/12/2014_12:15
Moleong, L.J. (2000). Metodologi penelitian
kualitatif (Cetakan 13). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Fausiah,
Fitri. Julianti Widury. 2005. PSIKOLOGI ABNORMAL Klinis Remaja. Jakarta:
UI-Press.
http://rimuu.wordpress.com/2010/04/26/fobia/
Langganan:
Postingan (Atom)